Rabu, 04 Agustus 2010

MAKNA ALHAMDULILLAHIRROHMANIRROHIM

APA MAKNA ALHAMDULILLAHIRROHMANIRROHIM?

23 komentar:

  1. “Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin.”
    Segala pujian beserta sifat-sifat yang tinggi dan sempurna hanyalah milik Allah suhanahu wata’ala semata. Tiada siapa pun yang berhak mendapat pujian yang sempurna kecuali Allah suhanahu wata’ala. Karena Dia-lah Penguasa dan Pengatur segala sesuatu yang ada di alam ini. Dia-lah Sang Penguasa Tunggal, tiada sesuatu apa pun yang berserikat dengan kuasa-Nya dan tiada sesuatu apa pun yang luput dari kuasa-Nya pula. Dia-lah Sang Pengatur Tunggal, yang mengatur segala apa yang di alam ini hingga nampak teratur, rapi dan serasi. Bila ada yang mengatur selain Allah suhanahu wata’ala, niscaya bumi, langit dan seluruh alam ini akan hancur berantakan. Dia pula adalah Sang Pemberi rezeki, yang mengaruniakan nikmat yang tiada tara dan rahmat yang melimpah ruah. Tiada seorang pun yang sanggup menghitung nitmat yang diperolehnya. Disisi lain, ia pun tidak akan sanggup membalasnya. Amalan dan syukurnya belum sebanding dengan nikmat yang Allah suhanahu wata’ala curahkan kepadanya. Sehingga hanya Allah suhanahu wata’ala yang paling berhak mendapatkan segala pujian yang sempurna.

    BalasHapus
  2. “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.”
    Ar Rahman dan Ar Rahim adalah Dua nama dan sekaligus sifat bagi Allah suhanahu wata’ala, yang berasal dari kata Ar Rahmah. Makna Ar Rahman lebih luas daripada Ar Rahim. Ar Rahman mengandung makna bahwa Allah suhanahu wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman atau pun yang kafir. Sedangkan Ar Rahim, maka Allah suhanahu wata’ala mengkhususkan rahmat-Nya bagi kaum mukminin saja. Sebagaimana firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (Al Ahzab: 43)

    BalasHapus
  3. Ibn Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas melulu kepada Allah tidak kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia untuk menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.

    BalasHapus
  4. Pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah olehmu Alhamdulillah".

    Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).

    Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat- sahabat, "Kami telah mengerti dan mengetahui kalimat Subanallah, laa ilaha illallah dan Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu yang dipilih oleh Allah untuk memuji Zat-Nya".

    Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seorang membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "HambaKu telah syukur pada-Ku".

    BalasHapus
  5. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: Seutama-utamanya zikir ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah "Alhamdu Lillah". (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib).

    Anas. bin Malik r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Tiadalah Allah memberi nikmat kepada seorang hamba- Nya, kemudian hamba itu mengucap "Alhamdu Lillah", melainkan apa yang diberi itu lebih utama (afdhal) dari yang ia terima. (Yakni ucapan "Alhamdu Lillah" lebih be- sar nilainya dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).

    Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca 'Alhamdu Lillah' maka pasti kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia yang di tangannya itu". 'Al' dalam kalimat Al-hamdu berarti segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis "Allahumma lakal hamdu kulluhu walakal mulku kulluhu wa biyadikal khair kullihi wa ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya, dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya)

    BalasHapus
  6. Rabb
    Bererti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta.

    Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai pencipta, yang mcmelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tersebut dalam surat asy- Syu'araa 23-24. Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya, jika kalian mahu percaya dan yakin."

    Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua menunjukkan dan membuktikan kcpada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.

    BalasHapus
  7. etiap anak Adam sering berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang sering berbuat kesalahan adalah yang paling se ring bertaubat. Demikianlah redaksi sabda Rasulullah shalallahu alihi wa salam yang telah diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Hadit ini mengisyaratkan makna bahwasanya salah satu di antara tabiat manusia talah sering berbuat kesalahan dengan realita yang ada. Betapa banyak manusia yang sering melakukan kesalahan dan dosa kepada Allah siang dan malam, tanpa terkecuali kita. Lantas, apa yang harus diperbuat demi kebaikan kita semua? Janganlah cemas, bingung, atai khawatir selama Anda masih memiliki kesempatan untuk bertaubat kepada-Nya. Hanya taubat-lah yang kita butuhkan, karena dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa kita. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah: Maukah kita bertaubat Kapankah kita akan memulainya? Dosa-dosa apakah yang perlu kita taubati? Siapakah yang mau membimbing kita untuk bertaubat? Buku yang ada di hadapan Anda ini akan memberikan motivasi kepada Anda untuk bertaubat dan menjelaskan kepada Anda dosa-dosa apa saja yang harus Anda taubati. Di samping itu, buku ini juga membimbing Anda dalam mengkaji cara-cara dan langkah-langkah yang harus Anda tempuh menuju taubat. Lebih dari itu, buku ini dilengkapi dengan contoh-contoh konkret lagi aktual seputar orang-orang yang bertaubat, untuk dijadikan teladan dan orang-orang yang tetap bergelimang dosa sampai akhir hayatnya tanpa sebelumnya bertaubat dari tokoh-tokoh idola dunia, termasuk para bintang Hollywood, agar menjadi pelajaran bagi yang lain

    BalasHapus
  8. alhamdulillahirobbil alamin diucapkan oleh orang islam pada akhir pekerjaan.sesudah makan, minum, mandi, setelah sampai ditempat yang dituju dalam perjalanan, setelah selesai berpidato,membaca, menulis, berbicara dan lain lain. Ini merupakan tanda syaukur atas segala nikmat yang telah diberikan ALlah kepada kita sebagai umat muslim

    BalasHapus
  9. AL 'aalamiin berarti alam semesta. Allah berfirman dan tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit. Ini artinya pengetahuan manusia tentang manusia sendiri masih sedikit, apalagi tentang bumi, tentang planet planet dan ruang angkasa raya. Memang pengetahuan sekarang jauh lebih banyak dan lebih maju kalau dibandingkan dengan pengetahuan pada abad abad yang silam

    BalasHapus
  10. Allah Swt berfirman dalam alquran surat Al-Mulk ayat 26 katakanlah hai muhammad bahwa sesungguhnya pengetahuan yang sempurna hanya pada Allah, sedang saya ini hanya pemberi peringatan yang nyata. bagaimana juga ahli dan tingginya pengetahuan seseorang toh ia tak akan sanggup menerangkan bagaimana benara rahasia perkembangan sebuah sel yang begitu halus sampai menjadi manusia atau menjadi binatang atau kayu kayuan.Seorang dokter tidak akan dapat menerangkan kenapa obat penicilin dapat menyembuhkan onsteking (peradangan).Kina dapat menyembuhkan penyakit malaria dan seterusnya.

    BalasHapus
  11. Nabi Musa AS pernah naik perahu bersama nabi Khaidir, tiba tiba hinggap seekor burung kecil diujung perahu itu,lalu meminum air laut,lantas terbang.Nabi Khaidir lalu berkata kepada Musa A.S.Air yang diminum burung tadi adalah kadar pengetahuan Manusia, sedang air laut yang masih tinggal itu adalah kadar pengetahuan Allah.

    BalasHapus
  12. Begitu sedikit pengetahuan Manusia tentang alam semesta,lebih sedikit lagi pengetahuan manusia tentang alam akhirat.Nabi Muhammad S.A.W berkata kepada seorang sahabatnya," Bila engkau masukkan sebelah tanganmu ke dalam laut, lalu engkau angkatlah tangan itu kembali, maka air yang melekat pada tangan itulah pengetahuan dunia. dan air laut yang tertinggal di Samudera itulah pengetahuan tentang Akhirat.

    BalasHapus
  13. Al-`Alamin is plural for `Alam, which encompasses everything in existence except Allah. The word `Alam is itself a plural word, having no singular form. The `Alamin are different creations that exist in the heavens and the earth, on land and at sea. Every generation of creation is called an `Alam. Al-Farra` and Abu `Ubayd said, "`Alam includes all that has a mind, the Jinns, mankind, the angels and the devils, but not the animals.'' Also, Zayd bin Aslam and Abu Muhaysin said, `Alam includes all that Allah has created with a soul.'' Further, Qatadah said about,

    (The Lord of the `Alamin), "Every type of creation is an `Alam.'' Az-Zajjaj also said, "Alam encompasses everything that Allah created, in this life and in the Hereafter.'' Al-Qurtubi commented, "This is the correct meaning, that the `Alam encompasses everything that Allah created in both worlds. Similarly, Allah said,

    (Fir`awn (Pharaoh) said: "And what is the Lord of the `Alamin'' Musa (Moses) said: "The Lord of the heavens and the earth, and all that is between them, if you seek to be convinced with certainty'') (26:23-24).

    BalasHapus
  14. Alam is derived from `Alamah, that is because it is a sign testifying to the existence of its Creator and to His Oneness.''

    (3. Ar-Rahman (the Most Gracious), Ar-Rahim (the Most Merciful)). Allah said next,

    (Ar-Rahman (the Most Gracious), Ar-Rahim (the Most Merciful)) We explained these Names in the Basmalah. Al-Qurtubi said, "Allah has described Himself by `Ar-Rahman, Ar-Rahim' after saying `the Lord of the Alamin', so His statement here includes a warning, and then an encouragement. Similarly, Allah said,

    (Declare (O Muhammad ) unto My servants, that truly, I am the Oft-Forgiving, the Most Merciful. And that My torment is indeed the most painful torment.) (15:49-50) Allah said,

    (Surely, your Lord is swift in retribution, and certainly He is Oft-Forgiving, Most Merciful.) (6:165)

    Hence, Rabb contains a warning while Ar-Rahman Ar-Rahim encourages. Further, Muslim recorded in his Sahih that the Messenger of Allah said,

    (If the believer knew what punishment Allah has, none would have hope in acquiring His Paradise, and if the disbeliever knew what mercy Allah has, none will lose hope of earning His earning.)

    (4. The Owner of the Day of Recompense

    BalasHapus
  15. Allah mentioned His sovereignty of the Day of Resurrection, but this does not negate His sovereignty over all other things. For Allah mentioned that He is the Lord of existence, including this earthly life and the Hereafter. Allah only mentioned the Day of Recompense here because on that Day, no one except Him will be able to claim ownership of anything whatsoever. On that Day, no one will be allowed to speak without His permission. Similarly, Allah said,

    (The Day that Ar-Ruh (Jibril (Gabriel) or another angel) and the angels will stand forth in rows, they will not speak except him whom the Most Gracious (Allah) allows, and he will speak what is right.) (78:38),

    (And all voices will be humbled for the Most Gracious (Allah), and nothing shall you hear but the low voice of their footsteps.)(20:108), and,

    (On the Day when it comes, no person shall speak except by His (Allah's) leave. Some among them will be wretched and (others) blessed) (11:105).

    Ad-Dahhak said that Ibn `Abbas commented, "Allah says, `On that Day, no one owns anything that they used to own in the world.'''

    BalasHapus
  16. segala yang ada dinamai alam.Alam ada 2 macam.Pertama dinamakan Alam Nyata, yaitu semua alam yang dapat ditangkap dnegan panca Indera Manusia,yaitu semua alam yang terdiri dari benda padat, benda cair atau benda gas.Kedua ialah alam gaib.
    etika Nabi s.a.w bermi’roj dengan dikawal malaikat Jibril, Beliau dipertontonkan oleh Allah s.w.t kepada alam gaib. Yakni keadaan di surga, di neraka dan keadaan-keadaan yang akan menimpa umatnya di masa yang akan datang. Dengan ini menunjukkan bahwa yang dimaksud alam gaib itu bukan alam Jin atau alam Malaikat dan bahkan alam Ruh (ruhaniah), semua itu sesungguhnya merupakan alam yang masih berada di dalam dimensi alam Syahadah walau berada pada dimensi yang berbeda dari bagian dimensi yang ada di dunia. Yang dimaksud dengan alam gaib adalah masa yang belum terjadi atau alam yang akan datang.

    Surga dan Neraka dikatakan gaib karena keberadaannya setelah hari kiamat. Mati dikatakan gaib karena datangnya pada waktu yang akan datang. Jadi, hikmah terbesar dari perjalanan ruhani manusia dengan mengadakan pengembaraan ruhaniah (bertawasul) untuk berisro’ mi’roj kepada Allah s.w.t dengan ruhaninya, adalah terbukanya hijab-hijab basyariah sehingga dengan matahatinya atau firasatnya yang tajam manusia dapat mengetahui alam gaib atau apa-apa yang akan terjadi pada dirinya.

    BalasHapus
  17. ejadian-kejadian yang terjadi pada masa dahulu dan yang akan datang dikatakan gaib. Alam barzah dan alam akherat, tentang neraka, tentang shiroth, semuanya dikatakan gaib karena kejadiannya pada masa yang akan datang. Demikian pula sejarah-sejarah para Nabi terdahulu dikatakan gaib, karena terjadi pada masa lampau. Allah s.w.t telah menyatakan dengan firman-Nya:
    ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ

    “Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang kami wahyukan kepada kamu (Ya Muhammad) padahal kamu tidak hadir beserta mereka” . (QS. Ali Imran; 3/44)

    BalasHapus
  18. Tidak ada yang mengetahui hal yang gaib kecuali hanya Allah s.w.t. Kalau ada seseorang ingin mengetahuinya, maka jalannya hanya satu yaitu dengan mengimani apa-apa yang sudah disampaikan oleh Wahyu Allah s.w.t, kemudian ditindaklanjuti dengan amal ibadah (mujahadah dan riyadhah). Selanjutnya, apabila Allah s.w.t menghendaki, maka orang tersebut akan dibukakan matahatinya. Allah s.w.t telah mengisyaratkan demikian dengan firman-Nya:
    وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

    “Dan pada sisi Allahlah Kunci-kunci semua yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah”. (QS. al-An’am; 6/59)

    BalasHapus
  19. Apa yang akan terjadi dalam waktu satu jam mendatang dikatakan gaib. Karena tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali hanya Allah s.w.t. Kalau ada seseorang yang mempunyai firasat tajam kemudian dia seakan-akan mengetahui apa-apa yang akan terjadi, hal itu bisa terjadi, karena yang demikian itu dia melihat dengan “Nur Allah”. Demikianlah yang disebutkan di dalam sabda Rasulullah s.a.w, yang artinya:”Takutlah kamu akan firasatnya orang-orang yang beriman, karena sesungguhnya dia melihat dengan Nur Allah”.

    Kadang-kadang hanya dengan kekuatan cinta, firasat seseorang bisa menjadi tajam kepada orang yang dicintainya. Seorang ibu misalnya, yang sedang jauh dengan anaknya, kadang-kadang tanpa sebab, ibu itu mengalami perasaan yang gundah-gulana, ketika dia mencoba menghubungi anaknya, ternyata anaknya sedang sakit. Kalau kekuatan cinta antara sesama makhluk saja—bahkan kadang terjadi dalam kondisi yang masih haram misalnya, mampu menjadikan tajamnya firasat, apalagi cinta seorang hamba terhadap Tuhannya.

    BalasHapus
  20. Seandainya ada seseorang yang tidak mempunyai indera penciuman atau indera penciumannya sedang rusak misalnya. Walaupun orang lain dapat merasakan bau harum, dia tidak, yang demikian itu bukan karena bau harum itu tidak ada, tapi karena indera penciuman orang tersebut sedang tidak berfungsi. Demikian juga terhadap suara, akan tetapi untuk merasakan suara membutuhkan alat yang berbeda. Kalau merasakan bebauan dengan alat hidung, maka merasakan suara dengan alat telinga. Orang tidak bisa merasakan bau harum dengan telinga dan suara dengan hidung, masing-masing harus dirasakan dengan alat yang sudah dipersiapkan Allah s.w.t menurut kebutuhan kejadiannya. Seperti itu pulalah keadaan yang ada pada dimensi yang lain, dimensi jin, dimensi malaikat dan bahkan dimensi ruhaniah.

    Jin dan malaikat misalnya, sebenarnya mereka juga adalah makhluk fisik, bukan metafisika. Asal kejadian fisik jin diciptakan dari api, sedang fisik malaikat diciptakan dari cahaya. Sebagaimana manusia yang asal kejadiannya diciptakan dari tanah, bentuk kejadian selanjutnya tidaklah tanah lagi, melainkan terdiri dari tulang dan daging, maka demikian juga yang terjadi terhadap makhluk jin dan malaikat.

    BalasHapus
  21. Meskipun fisik jin diciptakan dari api dan malaikat diciptakan dari cahaya, kejadian selanjutnya tidaklah api dan cahaya lagi, tapi dalam bentuk fisik tertentu yang oleh Allah s.w.t telah ditetapkan tidak bisa dirasakan dengan indera mata manusia. Namun demikian, bentuk fisik jin dan malaikat itu boleh jadi bisa dirasakan oleh manusia dengan indera yang lain selain indera mata. Indera tersebut bisa disebut dengan nama atau istilah apa saja, indera keenam misalnya, atau dengan istilah-istilah atau nama – nama yang lain.

    Semisal suara telah ditetapkan oleh Allah s.w.t tidak bisa dirasakan oleh hidung, tapi harus didengar oleh telinga, maka telinga atau hidung hanyalah istilah-istilah yang ditetapkan bagi alat perasa yang dimaksud supaya manusia dapat dengan mudah memahami atau mengenal terhadap alat perasa tersebut. Allah s.w.t berfirman:
    إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

    “Sesungguhnya ia (setan jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu, dari dimensi yang kamu tidak bisa melihatnya “. (QS. 7; 27)

    BalasHapus
  22. Bukan berarti manusia tidak dapat mengobservasi atau berinteraksi dengan jin karena jin berada pada dimensi yang di atasnya, akan tetapi hanya saja untuk mengobserfasi atau berinteraksi dengan jin itu manusia tidak bisa dengan mempergunakan indera mata. Sebagaimana berinteraksi dengan suara tidak bisa mempergunakan indera hidung, akan tetapi harus mempergunakan alat perasa yang lain yang sesuai menurut kebutuhannya.

    Allah s.w.t menghendaki manusia tidak dapat melihat jin, karena sesungguhnya matanya sedang tertutup oleh hijab-hijab basyariah. Ketika penutup mata itu dibuka, maka penglihatan manusia akan menjadi tajam. Artinya mempunyai kekuatan untuk tembus pandang sehingga saat itu manusia dapat merasakan alam-alam yang ada di sekitarnya. Allah s.w.t telah menegaskan hal itu dengan firman-Nya:
    فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ

    “Maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu menjadi amat tajam “. (QS.Qaaf.; 50/22).

    BalasHapus
  23. Istilah yang dipergunakan Allah s.w.t untuk membuka penutup penglihatan manusia di dalam ayat di atas adalah firman-Nya: فكشفنا عنك غطاءك “Fakasyafnaa ‘anka ghithooaka” Kami singkapkan darimu penutup matamu, atau penutupnya dihilangi, atau hijabnya dibuka. Ketika manusia tidak dapat berinteraksi dengan dimensi yang lain berarti karena penglihatannya sedang ada penutupnya. Oleh karena itu ketika penutup itu dibuka, maka penglihatannya menjadi tajam atau tembus pandang. Ini adalah rahasia besar yang telah menguak sebuah misteri tentang alam-alam yang ada di sekitar alam manusia.

    Bahwa jalan untuk menjadikan mata manusia menjadi tembus pandang supaya kemudian manusia mampu berinteraksi dengan dimensi yang lain,—dengan istilah melihat jin misalnya, adalah hanya dengan mengikuti tata cara yang berkaitan dengan istilah di atas. Tata cara itu ialah dengan jalan melaksanakan mujahadah di jalan Allah. Sebagaimana yang telah disampaikan Allah s.w.t dalam firman-Nya di atas, QS. 29/69 yang artinya: “Dan orang-orang yang bermujahadah di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjuki kepada mereka jalan-jalan Kami”.( QS. 29; 69)

    BalasHapus